Hubungan Iklim Dengan Kejadian Penyakit Leptospirosis Di Indonesia: Literatur Review
Isi Artikel Utama
Abstrak
Rincian Artikel
(CC BY-SA): Lisensi ini mengizinkan untuk Berbagi — menyalin dan mendistribusikan ulang materi dalam media atau format apa pun, Mengadaptasi — mencampur ulang, mengubah, dan membangun dari materi tersebut, untuk tujuan apa pun, bahkan secara komersial.
Hak cipta atas artikel yang diterima akan dialihkan kepada jurnal sebagai penerbit jurnal tersebut. Hak cipta yang dimaksud mencakup hak untuk menerbitkan artikel dalam berbagai bentuk (termasuk cetak ulang). Jurnal mempertahankan hak penerbitan atas artikel-artikel yang telah diterbitkan.
Penulis diizinkan untuk menyebarluaskan artikel yang telah diterbitkan dengan membagikan tautan/DOI artikel di jurnal. Penulis diizinkan menggunakan artikel mereka untuk tujuan hukum apa pun yang dianggap perlu tanpa izin tertulis dari jurnal, dengan syarat mencantumkan pengakuan atas publikasi awal di jurnal ini.
Referensi
Adler B, E. (2015). Leptospira and Leptospirosis. Australia: Springer Berlin Heidelberg.
Dassanayake DL, H. W. (2009). Evaluation of surveillance case definition in the diagnosis of leptospirosis, using the Microscopic Agglutination Test: a validation study. BMC Infect Dis. 2009. 9(48).
Davis S, dkk. (2005). Fluctuating rodent populations and risk to humans from rodentborne zoonoses. Vector Borne Zoonotic Dis. 2005. 5(4), 3015–3314.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2017). Buku Saku Kesehatan Tri Wulan 3 Tahun 2017. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Kementerian Kesehatan, I. (2015). Rencana strategis Kementrian Kesehatan Tahun 2015-2019. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Rusmini. (2011). Bahaya Leptospirosis (Penyakit kencing tikus) & Cara Pencegahannya. 2, 3, 4, 14, 15, 59–85.
Setiawan IM. (2008). Pemeriksaan Laboratorium untuk Mendiagnosis Leptospirosis. Media Litbang Kesehatan. 2008. XVIII(1), 44–52.
Sumanta H. (2015). Spatial analysis of Leptospira sp. in rats, water and soil in Bantul District Yogyakarta Indonesia. Open Journal of Epidemiology, 5, 22–31.
Sunaryo. (2010). Mapping and Determination of Leptospirosis vulnuerable zone Based on Geographical Information System in Semarang City. 2010. 2, 1–10.
Supraptono B. (2011). Interaksi 13 Faktor Risiko Leptospirosis. 2011. 27(2), 55–65.
Tassinari., P. (2008). Detection and modelling of case clusters for urban leptospirosis. Trop Med Int Heal. 2008. 13(4), 503–512.
Tunissea A. (2008). Faktor lingkungan abiotik pada kejadian leptospirosis. BALABA. 2008;7(2):23.
WHO. (2003). Human leptospirosis: guidance for diagnosis, surveillance and control.
Widiyono. (2008). Penyakit Tropis. Epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasannya. Jakarta: Erlangga.
Yunianto B. (2010). Studi epigeografi kejadian leptospirosis di Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur. Laporan Akhir Penelitian. Banjarnegara: Loka Litbang P2B2 Banjarnegara; 2010.